Jumat, 28 Desember 2007

Indahnya Kicauan Alam

Apa yang anda lakukan untuk menikmati indahnya alam ini, apakah dengan mengambil bagiannya lalu menyimpannya di rumah untuk dinikmati atau ada cara yang lain????
Sebenarnya banyak cara yang bisa dilakukan dalam menikmati indahnya alam ini tanpa merusaknya, Birdwatching adalah salah satu jalan dalam menikmati bagian dari alam. Birdwatching atau yang dikenal dengan pengamatan burung-burung liar merupakan suatu kegiatan yang sangat bermakna, dimana dapat menikmati keindahan alam sekaligus melestarikannya.
Apa enaknya birdwatching?
Memang sekilas sepertinya kegiatan ini hanyalah menhambur-hamburkan waktu tetapi dibalik itu sebenarnya ada makna tersendiri. Dengan birdwatching, anda dapat belajar menghargai alam dan menghargai ciptaan Allah SWT serta sekaligus dapat menghilangkan stress karena dalam kegiatan ini, anda akan melihat wujud burung-burung liar yang beraneka ragam beserta kicauannya yang menentramkan jiwa.
jadi, cobalah untuk mulai menghargai alam yang merupakan ciptaan Allah SWTn mulai dari bagian yang kecil.

Senin, 24 Desember 2007

satwaku pun menangis

api yang menjilat-jilat
asap yang membubung hitam pekat
buih laut yang perak dan lengket
panas yang menyengat
hutan yang berwarna kuning
dan layu
bukit yang memucat

elang terbang tak tentu arah
buaya-buaya kepanasan
orang utan tak lagi berumah
jalak bali tak tampak menghiasi sang dewata
gelatik sudah menjadi hiburan
macan kumbang mulai beralih makan ternak
komodo pun makan manusia
harimau sumatra menangis meratapi nasib
badak jawa pergi entah kemana
gajah-gajah tak lagi ramah
owa jawa mulai terasing

semua satwa di rimba raya pun ikut menangis
tersiksa oleh nasib
yang dibuat sang manusia pintar nan bodoh

TOLONG HARGAI AKU

Apa yang terpikirkan oleh kita semua tentang alam ini. apakah anda menganggap alam ini hanya sebagai sampingan kehidupan ataukah sebagai inti kehidupan kita sebagai penumpang di sebuah kendaraan yang bernama bumi. ataukah anda menganggap alam sebagai senjata pemusnah masal bagi umat manusia yang kadang-kadang muncul kadang-kadang tidak melalui bencana-bencana yang terus menguras populasi manusia. saya dan anda-anda sekalian pun tak tahu apa yang direncanakan alam terhadap umat manusia, begitupun sebaliknya. apakah alam akan memberi hadiah ataupun memberi hukuman pun kita tak tahu.
sebenarnya alam sudah merasa muak melihat kehidupan kita yang amburadul tanpa tujuan ini. alam menganggap kita sebagai makhluk yang tak pantas menginjakkan kakinya di mukanya. namun, apakah kita merasakan hal itu?
sebagian besar kita menganggap alamlah yang telah mengacaukan hidup manusia, misalnya saja banjir di jakarta yang telah merugikan ekonomi negara. "manusia-manusia bodoh" itu justru tak mau disalahkan, mereka tetap saja memperlakukan alam dengan seenaknya sesuai kepentingan mereka sendiri. mereka si mnusia serakah telah membuat alam ini menjadi cacat, apakah pantas jika kita mengharapkan suatu imbalan dari sesorang yang telah kita lukai dan bahkan telah kita buat cacat.
sebenarnya alam tak tega memberikan hukuman bagi manusia, tapi bagaimana lagi, lha wong manusia sudah terlalu sombongnya. hukuman-hukuman itu bukanlah hukuman yang terberat melainkan hanya hukuman yang ringan. hukuman yang berat bisa saja akan diberikan ketika alam sudah tak bisa menahan amarahnya.
hanya sebagian kecil manusia yang peduli kepada alam ini tapi sungguh ironis kehidupan mereka di bumi ini, sepertinya mereka hanya dianggap sebagai penghambat modernisasi dan sampah-sampah kehidupan sebagian besar manusia di bumi ini, padahal apa yang mereka lakukan telah memberikan dampak yang lumayan besar bagi kelanjutan hidup manusia di planet biru ini.

Sabtu, 22 Desember 2007

kenal ga?

Apakah anda kenal negri yang paling rusak di muka bumi ini?
negri perusak alam
negri yang tak tahu diri
negri yang durhaka kepada alam
negri yang sombong
negri pembantai fauna
negri pembantai flora
negri yang selalu dikutuk alam

pasti anda semua sudah tahu
ya benar,
negri itu namanya
INDONESIA

Jumat, 21 Desember 2007

Tangisan Sang Elang Jawa

Aku sudah capek bertualang mencari tempat hidup yang nyaman di negri ini. Aku sudah muak melihat tempat tinggalku diacak-acak manusia-manusia biadap. Sudah lama hidup kami jadi bual-bualan manusia di negri ini tapi kami mencoba menghiraukan. Apa salah kami ya Tuhan, inilah salah satu jerit kami dalam hati. Mengapa para manusia-manusia itu tidak melihat siapa yang dijadikannya lambing bagi negri mereka, apakah mereka merasa lambang itu hanyalah sebuah basa-basi saja, lama-lama kami tak bisa terus menyimpan rasa pedih ini.

Aku sudah bosan melihat para penguasa yang hanya memikirkan urusan perutnya saja. Apa mereka tidak sadar telah hidup di negri kaya yang akan menjadi miskin ini. Ya, aku pernah mendengar klaim mereka yang menyebut negri ini adalah negri terkaya di dunia. Namun, sadarkah mereka?

Aku betanya dalam hati, bagaimana para penguasa itu menyebut negri ini kaya, lha wong mereka tidak pernah melihatnya, mereka hanya mendengar saja dan yang mereka lihat adalah duit yang berwarna hijau. Bagaimana mereka memikirkan nasib anak-anak mereka yang kelak akan bertanya “mana kayanya negri ini, rumpu hijau saja tak punya”. Apa pak penguasa tidak merasa malu. Aku saja sebagai seekor makhluk yang tak dihargai di negri ini merasa malu.

Aku dan kawan-kawan sudah merasa terusik hidup di negri ini, sebentar lagi mungkin beberapa tahun lagi kami hanya tinggal nama seperti hewan-hewan purba yang telah menjadi cerita anak-anak. Kami sudah tak punya pilihan lagi, hidup di di tempat asal kami yang mulai jadi tambang kayu atau pergi entah kemana atau ada pilihan lain yakni “mati”.

Perlu diketahui bahwa kami hanya bisa hidup di hutan yang masih perawan. Ya, mungkin kami egois, pilih-pilih tempat tinggal yang enak tapi inilah pemberian Sang Pencipta kepada kami. Kalau boleh memilih, mungkin kami lebih memilih mati saja daripada hidup terjajah oleh manusia-manusia negri ini yang seharusnya menjaga kami. Namun, keinginan “mati” yang kami tawarkan ditentang dan digagalkan oleh beberapa gelintir manusia yang masih peduli sama kami.

Kami ingin teriak, mengapa hanya mereka yang simpati kepada kami, bagaimana dengan para manusia-manusia beradab lainnya. Kami bukanlah satu-satunya makhluk yang cari perhatian manusia-manusia tapi lihatlah betapa banyak makhluk-makhluk lain yang butuh perhatian lebih daripada kami. Bahkan diantara mereka ada yang memilih mati tanpa diketahui oleh manusia-manusia penguasa egois ataupun para gelintir manusia yang peduli pada kami, para makhluk terjajah di bumi sendiri. Dalam hati kami selalu berdo’a dan selalu memohon pada Sang Pencipta untuk melindungi para manusia-manusia yang peduli pada kami atas nama cinta. Karena kami sering melihat mereka selalu dianiaya oleh manusia-manusia lainnya. Ya, benar saja, hidup mereka tak ubahnya seperti kami ini yang terjajah.

Kalau menurut cerita yang kami dengar, para manusia di negri ini dahulu kala mengobarkan perlawanan pada sang penindas ketika mereka merasa terjajah dan tertindas. Mendengar cerita seperti ini membuat semangat kami berkobar untuk melawan penindasan kami rasakan. Namun, apakah ini mungkin?

Kami hanyalah makhluk yang tidak berdaya yang tidak sanggup melawan mereka para penindas. Kami hanya bisa menyimpan semangat ini dalam lubuk hati yang terdalam.

Aku pernah berpikir, mengapa Tuhan memberikan kekuasaan atas bumi ini pada manusia yang jelas-jelas tidak bisa mengelola bumi ini dan bahkan menindas bumi dan ala mini. Mengapa, mengapa, ya Tuhan?

Tapi, aku harus berpikir positif bahwa Sang Pencipta sudah menciptakan yang terbaik, dan apapun pilihannya harus kami terima dengan rasa syukur.

Entahlah para manusia penguasa penindas itu bisa bersyukur seperti kami yang tertindas atau tidak. Aku hanya ingin berontak dari penjajahan dan penindasan ini. Aku hanya ingi hidup kami para makhluk tertindas bisa sejahtera tanpa usikan. Aku tak tahu bagaimana nasib anak-anak kami kelak.

“KAMI INGIN BEBAS”, itulah motto kami. Terserah apa kata para manusia-manusia itu, yang penting itulah motto kami.

Aku ingin sekali mengepakkan sayap di seluruh pulau ini yang notabene inilah pulau tempat hidup kami yang terakhir. Memang kata para ahli yang pernah kudengar pulau ini merupakan pulau yang terpadat penduduknya di negri ini, sehingga wajarlah jika ada persaingan antara manusia dan non-manusia seperti kami, itu kata sang ahli yang gak peduli sama kehidupan kami-kami ini. Kalau bisa memilih, aku ingin sekali menjadi manusia yang menguasai seluruh ala mini. Tapi itu hanyalah mimpi di siang bolong yang tak akan pernah terwujud.

...............................................................BERSAMBUNG..................................

Rabu, 19 Desember 2007

damai

indonesia itu sebenarnya kaya atau miskin?
kalau menengok beberapa tahun yang lalu (100 atau 200 tahun lalu) mungkin yang namanya indonesia masih "kaya", tapi bagaimana keadaannya sekarang?
justru sekarang tambah kaya (bagi si kaya) dan tambah miskin (bagi orang-orang kecil). tapi sebenarnya yang dibutuhkan oleh alam bukanlah kekayaan yang dihitung dari materi tapi dari seberapa bisa pemerintah mengelola alam nusantara ini sehingga tak terdengar lagi kata-kata "punah", "bencana", "global warming".
mengapa alam? kok bukannya ekonomi dan industri
sebenarnya negri ini dan negri-negri lainnya di dunia ini berdiri dari pengorbanan alam, berapa banyak fauna dan flora yang sudah punah akibat ulah negri-negri ini. sebenarnya manusia ini diciptakan untuk menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi, tapi apa yang terjadi akhir-akhir ini, perang tak henti-hentinya, ilegal logging, korupsi, dll.
alam hanya butuh satu penghargaan dari manusia saja tudak lebih, yaitu DAMAI